Ketika sebuah kepercayaan ada,
ketika semua sudah berkata iya,
ketika ada satu yang berkata tidak,
bagaimana?
Dia yang Memberi Arah.
Suatu ketika, ada satu batin tertohok.
Lalu kembali terbakar api dibuatnya.
Di kembalikannya sebuah hal yang terucap,
kepada dia yang memberi Arah.
Satu batin, satu orang,
berpikir kritis.
Tak yakin akan arah yang dibuatnya.
Merasa ada suatu kekosongan dalam dirinya.
Hampa.
Satu orang merasa perbedaan pada dirinya.
Tak mengerti pemikiran yang lain.
Hanya dipendam dalam hati.
Namun tak terkubur begitu saja.
Masih di awan bayangan.
Syukur kata apabila itu terbukti.
Mencari yang lain yang lebih baik.
Yang tak hanya ada ketika sang juara.
Yang tak hanya tunduk pada sang ahli.
Dia yang mememberi arah.
Terima kasih.
Dia yang memberi arah.
Jika suatu nanti kita terhalang,
kuharap kau tak sok mengumbar kebaikanmu, lagi.
Cukup.
Segeralah pergi dan tunaikan perintah baru.
Satu dan yang lain, segera mencari.
Dan terus mencari sampai suatu nanti,
kami dapatkan pemberi arah tak luka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar