Kamis, 27 September 2012

Belum Memilikinya

Ketika perjuangan baru dimulai,
ketika kobaran api mulai dinyalakan kembali,
ketika mengenal dunia baru,
Aku diambilnya.
Ke dalam sebuah ruang manusia.

Dengan si pemberi arah aku diculik.
Dia arahkan tanpa tujuan pasti.
Pilihan? Silakan ambil sendiri.
Tak mengerti jalan menuju keinginan.

Hey kau si pemberi arah!
Tanpa tujuan itu aku hilang!
Menghilangkan kobaran api yang mulai padam.
Tak kuasa batin tersiksa, emosi tak tertuang.

Kepada ruang manusia,
aku mencoba.
Mencoba memasukinya dengan tenang.
Tanpa kepanikan melanda, sedikit.

Kepada ruang manusia.
Aku mecoba memilikimu, saat ini.
Secepat umur jagung aku mencoba,
namun mengapa batin ini enggan?

Keengganan temporal.
Pemadaman jangka pendek.
Mencoba membangkitkan jiwa.
Mengalahkan diri sendiri.

Aku, belum memilikinya.
Memiliki ruang, dan waktu tidak tak sebentar.
Aku, mencobanya.
Mengalahkan diri sendiri,
untuk waktu yang temporal ini.
Semoga, ya. Aku bisa berhadapan dengannya.
Semoga, ya. Aku bisa memilikinya.

Minggu, 23 September 2012

Tiga Dia dalam Seminggu

Dia mendapatkannya.
Setelah waktu panjang dibiarkan berlalu,
untuk mencari dan berusaha.
Akhirnya alam menunjukkan keperkasaannya.
Dia memilih,
dia mencari,
dia berkorban,
dan dia, mendapatkannya.
Apa harus senang?
Atau malah sedih?
Ketika rekan menuturkannya,
satu kata tak terucap, dalam hati.
Senang? Ah, terlalu hipokrit.
Harapan tertuang ketika ingat,
ingat caramu memperlakukan mereka.
Aku... cukup.

Dia pergi,
meninggalkan segala dunia untuk dunia berbeda.
Takdir Tuhan tak terbantahkan.
Walau ada satu tanda tanya dalam benak.

Dia pergi,
diberi air mata oleh sang generasi baru.
Tak disangkanya dia pergi,
bagai menggunakan Buraq.
Mata berkunang memelas, tak kuasa membendung asa yang hilang.

Dia diberi halangan.
Kepada tubuh tak bersalah,
Engkau memberikannya.
Turut memelas kepadaNya.
Namun ketika Dia bersalah,
Dia yang lain akan menegur
melintasi jiwa diluar.
Tolong, Kau usir mereka yang menghalangina.
Bersihkanlah, usirlah mereka dengan segera.

 Dia, Dia, Dia, dalam seminggu.....

Sabtu, 22 September 2012

Sejarah Singkat tentang Mahasiswa

Nggak menyangka sampai detik ini, saya baru kuliah selama 2 minggu. Iya, 2 minggu!
Padahal rasanya kayak udah lamaaa gitu jadi MAHAsiswa.
MAHA men! MAHA! Gue jadi MAHAnya siswa men!
Gila nggak tuh?

Well, pas PPSMB (ospeknya UGM) kemarin saya baru tau kenapa murid-murid di universitas dijuluki MAHAsiswa.
Mm.. mungkin enggak buat MAHAsiswa semua universitas sih ya.
Mungkin lebih kepada MAHAsiswa UGM.
Jadi gini nih ya, duluuu banget,
UGM tu ga punya kampus sendiri.
Fakultas-fakultasnya pun juga ga gabung jadi satu gitu kayak sekarang.
Nah, dulu itu ada suatu fakultas atau beberapa fakultas ugm gitu (aku agak lupa ada berapa) yang bertempat di Istana.
Iya sumpah di Istana!
lebih tepatnya di Istana Jogja, KRATON NGAYOJAKARTA.
jadi mereka tuh ya, anak-anak ugm jaman dulu tu kuliahnya di Kraton men.
Bayangin deh jaman dulu kan Kraton tu istimewa banget. Mewah banget.
Masak iya ada pelajar yang belajarnya di Istana.
Makanya, orang-orang jaman dulu lantas menyebut murid-murid yang belajar di Istana itu
MAHASISWA.
padahaaaaaal, pas aku liat video tentang sejarah ugm gitu,
mereka belajarnya emang di dalem istana. Tapi tempatnya bukan di tempat yang semacam pagelaran men.
Tapi di kandang kuda! weits 
Tapi tenang sob. Enggak semuanya di kandang kuda kok.
Ada yang di tempat lain juga.. tapi aku lupa dimana.
Dan yang paling aku inget adalah ruang kelas yang di kandang kuda.
Abisnya aneh gitu sih..
Dan kalian perlu tau, pas nonton video itu aku pas ngantuk-ngantuknya.
Bersyukur deh inget satu cuplikan tentang asal usul nama MAHAsiswa. Nyeeheheheh

Jumat, 21 September 2012

Dia yang Memberi Arah

Ketika sebuah kepercayaan ada,
ketika semua sudah berkata iya,
ketika ada satu yang berkata tidak,
bagaimana?

Dia yang Memberi Arah.
Suatu ketika, ada satu batin tertohok.
Lalu kembali terbakar api dibuatnya.
Di kembalikannya sebuah hal yang terucap,
kepada dia yang memberi Arah.