Kamis, 29 September 2016

Cerita KKN #1 : Mendarat di Bumi Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua

Kamu KKN dimana?
Ilaga? Dimana e itu?
Wah, jauh banget di Papua. Berapa orang e?
Tidur gimana? Makanan gimana? Masyarakatnya gimana?

Di Ilaga, ditemukan beberapa Honai memiliki aliran listrik dari panel surya
Itu segelintir pertanyaan yang sering ditanyain sama temen-temen atau keluarga atas keputusan yang saya ambil beberapa bulan yang lalu. Keputusan itu enggak tanpa alasan yang kuat.

Tahun lalu, 2015, seharusnya saya sudah mengambil KKN. Dan waktu itu, pertama kali ingin KKN di Papua. Awalnya hanya alasan sederhana : pengen lihat selain Jawa dan yang jauh sekalian. Tetapi menjelang pendaftaran dan "rebutan" kelompok, harapan saya pupus karena terlambat dan akhirnya nggak bisa masuk kelompok KKN Papua. Terlambat karena komposisi anggota kelompok yang dari kluster soshum sudah penuh. Akhirnya sempet mengincipi masuk di tim Kei Kecil, Maluku Tenggara, namun akhirnya pun pupus juga karena mendapat amanah di organisasi kampus.

Memang kayaknya udah jalannya saya, akhirnya pun KKN pada tahun 2016 ini. Antar semester. Bersama teman-teman yang kebanyakan 2013. Awalnya sih agak gimana gitu ya, karena kan dengan adek-adek angkatan. Hahaha. Jadi KSBB sama adek angkatan juga. wk.


JPP bersatu tak bisa dikalahkan!

Di Bandara Timika bersama adek-adek :3
Harapan buat KKN di Papua masih ada. Tapi entah mengapa saya enggak mau terlalu ngongso harus ke Papua. Yang jelas saya ingin sekali KKN di luar Jawa, bahkan saya masukan dalam wish-lists 2016. Banyak pertimbangan untuk KKN di luar Jawa. Dan akhirnya memilih Papua sebagai tujuannya. Sempet juga mau daftar tim lain sih karena takutnya udah enggak diterima. Saat memilih Papua, saya juga liat-liat dulu tema KKN-nya seperti apa. Dan di Ilaga itu temanya tentang Pendidikan dan Pertanian. Wah, saya langsung merasa cocok dengan tema yang diusung. Tertarik banget dengan isu pendidikan, dan mulai tertarik juga dengan isu-isu pertanian. Cocok! Yawes saya langsung daftar aja. Setelah masuk ke tim Ilaga, saya masih diam-diam juga sama orang tua. Hehehe. Takutnya udah khawatir duluan. Fyi, Ilaga itu adalah tujuan KKN tahun 2015, karena pas itu saya udah nanya-nanya teman tentang Ilaga, tentang keadaan geografisnya dsb. Terinspirasi dari dosen saya yang memamerkan foto-foto Ilaga pas di kelas.

Lupa pas lagi di distrik mana. Yang jelas bisa lihat ilaga dari kejauhan

Orang tua sih dukung-dukung aja mau keluar jawa, asal tidak membebani. Secara, kalo KKN jauh kan butuh finansial yang memadahi juga. Akhirnya nyobain part-time di salah satu tempat makan di Jogja, kebetulan saat itu juga lagi libur semester. Biar sekali-kali ngrasain "kerja". Wekekeke. Then, is it enough? Nope. Karena kebutuhannya enggak cuma buat KKN aja. Ada kebutuhan-kebutuhan lain juga ternyata. heuheu. Akhirnya saya pun bikin usaha juga sama kakak buat tambah-tambah. Dan singkat cerita, secara finansial sudah aman.

H-1 keberangkatan, SUPER HECTIC! Packing, packing, packing. Packing barang kluster, packing barang pribadi yang sempet over tapi ternyata setelah nanya-nanya ke teman jadi aman terkendali.

Hari H. SUPER DUPER HECTIC! Pas nimbang barang-barang tim di markas DeRU, ternyata kelebihan bagasinya luar biasa! Ada yang menginisiasi untuk membongkar-bongkar supaya aman. tapi masih over banyak pake banget. Udah pada mikirin biaya kelebihan bagasi juga. Dan kemarin itu sebelum ditimbang di bandara, kelebihannya itu bisa memakan biaya sampe belasan juta rupiah! Bayangkan! Di jadwal penerbangan, kami harusnya berangkat jam setengah 9 malam apa ya. *agak lupa-lupa*. Janjian di Bandara ajm 5 sore. Pas saya sampe Bandara, beeuh, rame banget, Banyak anak-anak KKN yang juga akan berangkat. Udah macem pasar gitu ramenya. Mana hujan lagi. Pas udah pada mau masuk, masih ada beberapa anak yang belum datang juga. Bahkan ketika kita lagi nimbang-nimbang barang. Sempet cemas bangeeett karena ada 1 orang yang perannya sangat penting di tim belum kunjung datang. Astagaa. Then, last minute, dia datang. FIUH! Akhirnya lengkap juga. Dan tentang over bagasi, we're so lucky! ternyata enggak sebanyak yang kami hitung. Masih aman terkendali.

Sambil nunggu boarding, sebelum masuk boarding gate, kami duduk-duduk lesehan macem pengungsi di depan tempat nimbang barang. Hahaha. Kalo udah bareng-bareng gini, mau bertingkah macem pengungsi pun enggak malu-malu. Makan malem dulu.. setelah itu.... setelah kena delay karena cuaca yang tidak mendukung....... akhirnya tiba juga saatnya kami berangkat. Ke Ilaga, Indonesia Bagian Timur.

Rutenya:

JOGJAKARTA - BALI - TIMIKA - ILAGA

Di Bali kami transit aja, sekitar 3 jam. Setelah itu ke Timika. Seminggu sebelum berangkat, kami diminta untuk minum obat anti-malaria karena di Timika itu salah satu daerah yang rawan akan malaria. Tetapi tidak dengan di Ilaga.

Akhirnya, sekitar pukul 2-an pagi, kami berangkat ke Timika. One step closer, baby!!

Sesampainya di Timika, saya "mlipir" ke toilet dulu karea HARUS. hahaha. Tapi, ada satu hal yang mengganjal saya, karena di toilet, baik untuk toilet laki-laki maupun perempuan, disediakan alat kontrasepsi secara cuma-cuma! Tinggal ambil aja. Saya agak amaze tapi syok juga.

Anyway, setelah kami kelar ngurus barang-barang, kami dijemput oleh salah satu pegawai Sekda yang diutus dari Ilaga. Lalu kami langsung diantar ke penginapan. Satu kata untuk Timika : Panasshh. Hahaha. Sama kayak Jogja lah yaa.. Di daerah bandara, ada genangan-genangan air. Saat kami tanya ke pak Supir, beliau bilang itu kubangan bekas tambang Freeport.

Saya menginap di Timika hanya satu malam saja, karena tanggal 20 pagi harus sudah cus. Fyi, kami dapet jatah 2 kloter pesawat. Jadi, saya masuk kloter 1. Barang-barang tim sebagian kami bawa, sebagian lagi dibawa kloter 2.

Dan hari H pun tiba. Pagi-pagi jam 6an kami sudah cus ke bandara. Lumayan deket sih..
Untuk mendapatkan "tiket" pesawat perintis ke Ilaga itu cukup unik. Karena kita enggak dapet tiket macem pesawat-pesawat komersil. Tapi cepet-cepetan wak. Barang-barang ditimbang, pun dengan berat badan! Jadi untuk yang gede-gede itu harus hati-hati bangeeet. hahahah. Canda. Denger-denger sih, biaya naik pesawat dari Timika ke Ilaga itu sekitar 2,5juta cuuyyy. MAHAL BANGET! Untung ditanggung sama pemerintah kabupaten....


Saat masih di Jogja, diceritain betapa deg-deg-annya naik pesawat dari Timika ke Ilaga. Pesawatnya goyang-goyang gitu, katanya. Karena sudah membayangkan kejadian tersebut, awalnya agak takut jugaaaa. Tapi alhamdulillah, kami lancar sekali perjalanan ke Ilaga. Pesawatnya smooooth~. Kami pun enggak lupa untuk mengabadikan perjalanan udara tersebut. Gunung, lembah-lembah-lebah-lembah, banyak banget! Ijo semuaa. Saya kadang berimajinasi : kalo ada orang yang tinggal disitu terus gimana ya? Gunung dan hutan semua...

Pemandangan diatas pesawat perintis
Perjalanan memakan waktu 30 menit saja. Cuaca baik. Di bandara, banyak aparat (tentara) yang bertugas. Bandaranya hanya landasan saja dengan sedikit bangunan. Berada di ketinggian sekitar 2500 dpl. Dan dingiiiin. Enakk. hihihi. Kami dijemput oleh utusan dari Sekda denga mobil 4x4, bak terbuka. Macem adventure bangeeet. hihihi.

Satu kata mendarat di Ilaga : BERSYUKUR. Bersyukur banget di udara tadi lancar, aman, cerah.


Dan kami pun berangkat menuju mes KKN yang sudah disiapkan. Tempat dimana 25 orang akan tinggal bersama, selama 1,5 bulan lamanya...

Senin, 19 September 2016

Melompat Kembali Pada Waktu yang Lalu


Kala itu, matahari telah menghilang darinya.
Memberikan energinya pada bagian yang lain.

Kala itu, dia sedang dalam khayalan,
akan sebuah mimpi besarnya.

Namun tetiba, khayalan itu melompat jauh,
mundur.
Bukan khayalan, namun sebuah ingatan yang melaju mundur.
Seakan tertarik gravitasi.
BUM!

Seseorang telah menghilang,
dalam jarak interval mundur yang telah lalu.
Dia mengarahkan jemari mencarinya,
mencari dalam dunia dalam bayangan semu.
Menemukannya, seseorang itu.
Entah.
Semua tentang seseorang itu telah terkunci penuh,
tiada dia dapat mendapatkan sekeping pengetahuan,
tentang dia yang telah lama tertinggal di waktu yang lalu.


--
Supported by :
Everglow - Coldplay