Senin, 18 Januari 2016

Cerita SSEAYP #3 : Pengalaman Berlayar (2)

Dari Filipina ke Vietnam, perjalanannya tidak begitu jauh kok. Cuma 2 hari aja. Kami disambut meriah di pelabuhan saat kapal mulai merapat. Sambutan baik dari pemerintah setempat, yang juga mengerahkan ratusan pemuda/I untuk menjadi pendamping kami selama ada kunjungan ke lembaga maupun homestay. 5 hari kami habiskan di Ho Chi Minh City. Pengalaman asik kami temui disitu. Dari yang naik motor, kalo jalan-jalan ke berbagai tempat wisata pasti ketemu sesama peserta, sampai ada juga lho yang anak di keluarga angkatnya suka sama salah satu peserta.

Setiap mau keluar Pelabuhan, harus pake kartu ini (Landing Card)

Ini Mae-ku. Bedanya disana sama di Indonesia adalah helmnya. Kalo helm di Vietnam itu model Helm yang setengah kepala aja, kayak di Indonesia beberapa tahun yang lalu sebelum helm SNI sekarang.

Tanggal 21 November 2015, saatnya perpisahan. Dan dengan kegiatan yang sama: ticker tip throwing. Enggak tau kenapa, meninggalkan Ho Chi Minh City rasanya berat banget. Bahkan ketika pita ini menghubungkan antara aku, keluarga angkatku, dan Local Youth yang selalu menemani aku dan homestaymete aku jalan-jalan, aku nggak mau ini terputus. Apa yang aku bisa lakukan? Nggak ada. Aku Cuma bisa menangis dan melambaikan tangan ke mereka sampai aku nggak bisa lagi melihat mereka dari kapal yang menjauh. Sedih? Iya…. Tapi gimana lagi. Disitu aku merasa belum bisa mengendalikan diriku, emosiku. Padahal kami masih bisa keep in touch lho. Facebook account udah ada. Apa sebabnya? Tunggu ceritanya ya!

Adek angkatku (tengah), adek sepupu aku (kanan)

Makan bareng sekeluarga di tempat makan vegetarian

Lihat ada 2 orang pakai kaos merah? Ya, dia mae dan adekku. Samping kirinya adalah Local Youth yang menenin aku sama homestay-mate aku selama di Ho Chi Minh City. Sayang fotonya blur. Ini keadaan pas ticker tip throwing

Lelah bersedih-sedih, aku akhirnya menikmati saja apapun yang terjadi di kapal, just have fun. Perjalanan selanjutnya adalah… MYANMAR! Sebuah Negara yang aku paling nggak amu berekspektasi. Cerita dari alumni tentang Myanmar yang kurang baik membuatku, dan juga kontingen Indonesia secara keseluruhan untuk santai, relax, dan nggak usah mikir aneh-aneh. Just enjoy everything.

Perjalanan di Myanmar ini paling seru dalam arti sesungguhnya. Gimana enggak? Dalam 4  setengah hari perjalanan (setengah hari itu artinya kami nyampe di Myanmar pada sore hari. Ehehe) ada 2 hari terjadi Pirates Watch. Woops, pirates? Ya. Bajak laut. BANYANGKAN.

Jadi ceritanya di Selat Malaka itu masih cukup rawan untuk terjadi pembajakan kapal. Untuk mencegah itu, awak kapal selalu mengunci pintu-pintu menuju ke deck kapal mulai jam 9 malam hingga pagi hari. Enggak ada yang boleh keluar pas jam segitu. Kecuali dia mau kekunci sampe pagi. Aku sih ogah. Haha. Jadi jam-jam segitu ada awak kapal juga yang jaga diluar kapal. Sebelum ini terjadi, Kapten Kapal udah pernah bilang sama para peserta kalo akan dilakukan Pirates Watch. Tapi kami ditenangkan karena beliau bilang kalo dengan kapal segede dan sebanyak ini orangnya, pirates mikir-mikir juga kalau mau ngebajak. Aku sih sebenernya agak excited tapi agak waswas jgua setelah dijelasin sama Kapten. Disatu sisi kebayang aja gimana kalo beneran liat bajak laut yang masuk ke kapal, terus ngebajak kapalnya, disisi lain ngeri juga kalau kapalnya dibajak, gimana hidupku nanti. Hiiii. Syukur banget 2 hari itu berlalu dengan baik. Aman. Thank God. Thank you Captain, Thank you Ship Crews.

Sunset cantik saat merapat di Pelabuhan Yangon, Myanmar
Saat merapat di Yangon (baca: Yangong), Myanmar (Baca: Myanmaa), saat itu sudah sore. Kami disuguhi sunset cantik diatas kapal. Indah sekali rasanya. Aku pun rasanya pengen dengerin lagu-lagu galau biar suasananya dapet banget. Hahaha. Tapi, bayanganku tentang suasana galau itu nggak terjadi sesuai kenyataan karena saat itu Kontingen Indonesia sedang latian Flag Cheers dan persiapan untuk penampilan di acara penyambutan sekaligus makan malam. No Galau! Hahaha. Well, Myanmar adalah negara yang paling nggak terduga. Dan waktu homestay yang hanya 1 malam saja…. Itu rasanya sangat amat kurang.

Pada tanggal 29 November 2015, setelah 4 hari 3 malam berada di Yangon, Myanmar, saatnya perjalanan dimulai kembali. Kali ini, aku tidak melakukan ticker tip throwing karena keluargaku tidak dapat hadir di ticker tip throwing karena ada acara lain. Namun nggak masalah. Berkat keluargaku, aku merasa Myanmar memberiku kesan yang nggak kalah asik. I really want to go back to Myanmar.

In Swedagong Pagoda. I really want to go back to Myanmar!
(to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar