Tampilkan postingan dengan label jasean. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jasean. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 19 Maret 2016

Cerita SSEAYP #6: Tidak Keluar Kok, Hanya Meluaskan Zona Nyaman

Selama ikut program SSEAYP, hal yang sangat mengena didiriku adalah tentang Zona Nyaman. Kenapa? Karena di SSEAYP ini aku benar-benar tau rasanya melakukan hal-hal yang diluar kebisaanku, atau kalau kata orang sih keluar dari zona nyaman. Gimana enggak, lama berkecimpung di dunia olahraga membuatku cukup cuek dengan penampilan. Terutama tentang make up. Bayangin! Yang sehari-hari keringetan dan menghitam karena paparan sinar matahari harus berhadapan dengan make up. Pengalaman ini membuatku harus belajar dan berproses dengan peralatan make up. Alasanku tetap bertahan ya semata-mata untuk Indonesia. Kenapa? karena saat program aku tidak mewakili diriku sendiri, tetapi ratusan juta warga Indonesia. Ya. Mewakili ratusan juta warga negara Indonesia. Apa aku harus menyerah begitu saja dengan kebiasaanku yang sangat amat jarang bersentuhan dengan make up sedang aku menjadi perwakilan negeri? *Duh mulai abot, cah* Meski pada akhirnya aku masih belum bisa makek sendiri bulu mata palsu, tapi setidaknya kalo pake A1 aman lah..


Nggak cukup disitu. Lagi-lagi harus, kalo kata orang sih keluar dari zona nyaman.
Yaps, belajar nari. Ya, NARI, MENARI. Terakhir nari pas masih SD lho. Awalnya ngerasa badan udah kaku kayak kayu (lebay sih ini), tapi beneran deh. Namun dengan tekat yang kuat dan kekuatan menahan rasa malu karena awalnya ngerasa aneh gitu kan, akhirnya pun sikat aja.

Aku yang paling kanan pake kaos hijau

Sebelum berangkat PDT aku difasilitasi sama PCMI Jogja, yang saat itu juga sedang ngefasilitasi temen-temen USINDO, buat latian nari. Tarian anak-anak sih.. cuma untuk orang yang sangat awam dalam menari ya berharga banget latian kayak gini. Start from zero. Mungkin karena memang nggak bakat nari, yang akhirnya aku lakukan adalah "believe and make it happen" aja. Dan selalu inget kata-kata motivasi ini:

Dimana bisa nemu ini? Di DBL Arena, Surabaya. Inget banget pas lagi DBL Camp jaman SMA
AND THIS
Entah masih ada apa enggak tulisan-tulisan itu, tapi ngena banget kalo lagi dalam masa "perjuangan"

Dan... yaps.
Pas program dapet kesempatan untuk ikut nari. Nari Kecak (modifikasi), Nari Maengket dari Sulut, dan nari Kembang Jatoh. Khusus untuk yang kembang jatoh ini yang menurutku berkesan banget. Gimana enggak, tarian ini tarian khas Betawi, yang mana terdiri dari penari laki-laki dan perempuan, dan suasana dari tarian ini ceria dan centil (untuk penari perempuannya) gitu. Pas National Presentation ada 3 Laki dan 3 Perempuan yang nari, dan aku adalah salah satu dari perempuan itu. Ketika latihan, yang hampir selalu dikomentarin adalah "Fik, kurang centil". Dan saat itu juga aku merasa gagal jadi seorang wanita (LEBAY DING). Hahaha.
But the show must go on. Jadi.... aku mencoba yang terbaik yang aku bisa. Mencoba untuk menikmati pertunjukkan. Itu aja yang bisa ku lakukan dengan latihan-latihan yang udah tak lakuin sebelum hari H, yang diajarin sama si Janice, Lingce, dan Ka Quicy

Pas sebelum tampil banget nih. Deg-degan sih. Tapi ya udah lah, enjoy the show! (Lingce kiri, Fika kanan)
Kalo penasaran, bisa cek youtube DISINI

Udah gitu aja? Enggak. Masih ada 1 hal lain yang menarik untukku yang, lagi-lagi, kata orang sih berada diluar zona nyaman. Yaitu...... jadi model pas Voluntary Activity diatas kapal, Fashion Show. Awalnya dipaksa sih, karena... lupa kenapa. Pokoknya dipaksa aja. Tapi akhirnya mau.
Itu juga otodidak dan tanya sama si Akang. Otodidak karena pernah liat adek latian jalan ala-ala model gitu, dan pernah nonton Jogja Fashion Week. Jadi setidaknya tau sedikiiit tentang cara jalan ala-ala model. Dan si Akang ini kan emang Fashion Designer. Jadi pasti tau lah gaya ala-ala model kalo lagi tampil. Dia juga lho yang bikin bajunya. Pake kain-kain yang dipake buat acara exhibition pas di Jepang. Jadi untuk kontingen Indonesia diwakili oleh tiga orang: Mas Alif (Kategori Recycle), Fika (Kategori Prom Night), sama Mia (Kategori Finale). Tapi saat itu, untuk para National Leader juga ikut serta lho.

Untuk Finale, Mia berhasil jadi Juara 2. Aku nggak tau lagi sama Akang dan tim pembuat bajunya. Bisa ya bikin baju pake bahan-bahan kain.....

Juara 2, kategori Finale
Dan untuk kategori Prom Night pun juga Juara 2!!! Aku nggak ngerti lagi bentukku pas jalan tu kayak apa. Aku sih berusaha enjoy aja lah. Tapi sempet lho pas udah balik mau masuk backstage malah agak kesrimpet. Mana High Heelsnya tinggi get. Wuah. Nggak nyangka wes pokoknya! Tim make up dan hair stylist juga oke banget lho. Bunda Cuai dan Kak Laras yang akhirnya saling berkolaborasi membentuk mukaku yang sering terpapar sinar matahari jadi kayak gini:


Right after Fashion Show! Hahaha
Dari situ, akhirnya aku dan teman-teman lain yang merasakan hal yang sama (yang sama-sama merasa melakukan sesuatu diluar kebiasaan) merefleksikan sesuatu. Bahwa sesungguhnya yang aku lakukan ini bukan lah keluar dari zona nyaman. Tetapi justru dari SSEAYP ini aku belajar untuk meluaskan Zona Nyaman karena pada akhirnya aku merasa nyaman-nyaman saja melakukan hal-hal itu :) Make up? Ternyata berguna banget sekarang gegara udah sering make up-an pas di program. Nari? Well.. kalau ada kesempatan lagi dan aku diajak latian dulu sebelum tampil sih, bisa di pertimbangkan. Hahahaha :p. Cat walk? Ya.... bisa lah ya nyoba lagi XD
Atau mungkin ada hal-hal lain yang belum pernah aku lakukan sebelumnya? Atau pernah ku lakukan tapi perlu lebih dikembangkan? Jadi inget kata Cutkak (Indonesia National Leader) : Don't Limit Yourself.

Memang SSEAYP ini nggak diduga-duga. Bahkan sebelum berangkat pun aku dan banyak temen-temen lain masih nggak bisa kebayang lho kayak apa ini kegiatannya. Tapi setelah tau... ya gitu xD You'll never know if you never try. Jadi, silakan mencoba mumpung ada kesempatan ikut Seleksi PPAN! Psst, sayang untuk SSEAYP perwakilan Jogja cuma buat cowok aja untuk tahun 2016. Hehehhe



Salam,
Indonesia Participating Youth 2015
[ I - 53 ]

Senin, 18 Januari 2016

Cerita SSEAYP #4 : Pengalaman Berlayar (selesai)

Dan 17 hari lagi program sudah mau selesai. Duh rasanya….

Pelabuhan terakhir
Negara yang terakhir disambangi oleh kami adalah Malaysia. Tepatnya di Sabah, Kota Kinabalu. Denger-denger sih, Nippon Maru yang membawa peserta SSEAYP ini singgah kembali di Kota Kinabalu setelah 20 tahun yang lalu. Lumayan lama ya. Perjalanan dari Yangon ke Kota Kinabalu memakan waktu 5 hari. Dan lagi-lagi, ada pirates watch saat perjalanan ini. Syukur nggak kenapa-kenapa. Eh, waktu itu kami sempet juga lho singgah sebentar di lautannya Singapura. Buat refill barang atau bahan makanan gitu. Disitu kami stay lumayan lama dan bisa melihat Sentosa Island dari kapal. Meski kaki tak bisa menjejakkan langkah di daratan bumi Singapura, tapi kalo bisa ngelihat Singapura dari posisi ini aku seneng banget. Mana disitu banyak lho kapal-kapal muatan yang berlalu lalang. Mungkin ini ya yang dibilang “jalur perdagangan dunia”. Dan nggak kebayang nenek moyang yang seorang pelaut, yang mengarungi samudra luas. They must be a super tough people.

Kapal yang refill mahan makanan. Di depan itu negeri Singapura

Sekitar jam 10 pagi tanggal 5 Desember 2015, kapal sudah merapat ke Pelabuhan. Saat itu sedang panas-panasnya. Jadi lebih seneng stay di kapal soalnya dingin. Hehehe. Hari itu juga kami ada upacara penyambutan di pelabuhan. Satu yang paling aku ingat saat di Malaysia adalah lagu Sayang Kinabalu yang liriknya “tinggi tinggi gunung Kinabalu, tinggi lagi sayang kamu”. Those lyrics stay in my head like always. Dan tariannya jug amasih membekas sampe sekarang, apalagi kalau sambil dengerin lagunya:


Kota Kinabalu adalah Port of Call terakhir. Nggak menyangka perjalanan secepat itu. 4 hari 3 malam di Kota Kinabalu rasanya kayak angin lalu. Cepat sekali. Kami harus menyudahi ini tanggal 8 Desember 2015. Tapi aku aku selalu berusaha menikmati setiap momen yang terjadi disana. Stay positive made me more grateful, and happier. Di Malaysia ini kalo aku nggak salah inget ya, sempet agak lama gitu kita mau perisapan berlayar kembali dari Malaysia ke Jepang. Jadi bikin keluargaku nunggu lama. Aku kepikiran aja pas sebelum ticker tip throwing, betapa panasnya diluar sana, betapa lamanya mereka (para keluarga angkat) nungguin kami. Setelah sekian lama nunggu, akhirnya waktu ticker tip throwing pun dimulai. Seperti biasanya, aku milih yang warna merah. Suara gong sudah terdengar. Saatnya melempar pita. Bersama mermaid sister-ku, seorang peserta dari Laos, kami bareng-bareng ngelempar pita kertasnya. Huhuhu sedih banget aku rasanya. Ada Mama, Papa, 3 sodara laki-laki (yang satu masih bayi banget, baru beberapa bulan yang lalu dia lahir ke bumi), dan satu orang adek perempuanku. Duh, sampe kudu ngelap mata yang bekaca-kaca pas nulis bagian ini. Pita kertasku dapat ditangkap dengan baik sama sodaraku. Dan akhirnya pelan pelan, kapal pun mulai meninggalkan pelabuhan. Pita yang awalnya kendor, lama-lama jadi kenceng karena saling tarik, antara aku dan sodaraku, dan kapal yang makin menjauh dari pelabuhan. Dan akhirnya, *tss” P U T U S. Ya, pita kertasnya pun putus.

Keluarga angkat di Malaysia pas lagi Open Ship

 Sejak kapal mulai menjauh, aku lihat dari deck lantai 4 mama menangis. Ketika aku liat mama disitu, yang aku ingat adalah rumah di Kampung Kebagu. Aku cuma bisa melambaikan tangan dan tersenyum senang-sedih-terharu-bahagia, tersenyum nano-nano kayak gado-gado. Akhirnya pun kapal semakin menjauh, dan orang-orang di pelabuhan pun tak lagi Nampak. Di deck itu aku ketemu sama sahabatku, namanya Rena. Kami akhirnya cuma bisa menatap senja di lautan. Sunset saat itu tak seindah biasanya. Meninggalkan segala kenangan dan keluarga baru di Malaysia. Orang-orang mulai masuk ke dalam kapal. Tapi ada juga yang masih tinggal di deck. Aku dan Rena memutuskan untuk tinggal sebentar di deck, lalu berbincang dengan tatapan menuju ke arah matahari yang tenggelam itu. Eh kok tiba-tiba ketemu si itu di deck. Haha. Jadi bahagia lagi.

Perjalanan pun akan berakhir dalam beberapa hari saja. Hanya laut China Selatan yang kami lihat. Semua air. Daratan telah pergi entah kemana. Sinyal internet sudah tak ada. Kembali berinteraksi dengan manusia di dalam kapal. Sunset indah di laut Cina Selatan aku pandang dengan takjub dan penuh rasa syukur. Kadang aku menikmati sunset itu sendirian. Sambil merenung, merefleksikan diri. Kadang sambil bikin video, kadang sambil makan dan liat sunset-nya dari ruang makan.



Suara ombak, angin yang tak kalah kuatnya, kapal yang goyang ke kanan, ke kiri, naik, turun, menjadi keseharian kami di hari-hari terakhir. Seasick Pill makin sering dikonsumsi, bahkan ada juga yang sampai terbaring lemah di kamar. Aku sendiri sempet ngerasain mabuk laut, tapi enggak sampai, maaf, muntah. Cuma perut yang nggak bersahabat, kepala yang pusing gimana gitu, dan setiap lihat makanan bawaannya pengen muntah aja. Tapi karena aku merasa tubuhku berhak untuk mendapatkan makanan, aku tetap berusaha makan meskipun sedikit. Aku nggak mau menyusahkan orang lain gara-gara nggak makan dan jadi sakit di hari-hari terakhir.
Foto bareng peserta lain negara dengan background Gunung Fuji yang tertutup awan mendung. Dingin!!
Saat sudah memasuki wilayah Jepang suhunya semakin dingin karena Jepang sudah mulai winter. Kami ngelewatin Sizuoka (bener gak ya tulisannya?) juga lho sebelum ke Tokyo. Kami tadinya mau “dipamerin” Gunung Fuji sama sang Kapten. Tapi sayangnya saat itu lagi mendung. Jadi gunungnya, terutama puncaknya, nggak begitu keliatan. Aku Cuma bisa memandang aja. Mau difoto bingung juga karena nggak ada keliatan itu gunung Fuji. Kalo nanti dishare dan bilang kalo itu Gunung Fuji, nggak ada yang percaya nanti. Hahaha.

Mendung saat Ms. Nippon Maru menepi kembali di Tokyo Harbour. And it was cold.

Tanggal 15 Desember 2015. Sehari sebelum kami pulang. Kapal sudah menepi di Pelabuhan Internasional Tokyo. Pelabuhan tempat kami memulai perjalanan pertama kami, dan akhirnya harus berakhir disini pula. Cerita panjang selama mengarungi lautan ini sebanyak ini belum dapat menggambarkan SSEAYP seutuhnya. *Ngelap air mata dulu ya.*

Dari kiri ke kanan: Rena (Japan), Happy (Vietnam), seorang petinggi di kapal tapi aku lupa nama dan posisinya apa, THE CAPTAIN, Aku, Ana (Vietnam)
A Day Before Leaving the Ship, and Japan......

Aku pikir, dan banyak orang lain yang juga mikir bahwa inlah yang membuat program pertukaran ini beda sama program pertukaran lainnya. Kehidupan dan perjalanan di atas Kapal sungguh istimewa. Tunggu cerita-cerita SSEAYP lainnya!